Searching...
Wednesday, May 27, 2015
3:49 PM 0

Kisah nyata suami melarang isteri berhijab ketika bersama

foto sekadar hiasan

Bagaimana hukumnya bila suami melarang memakai hijab sewaktu bersamanya … tp kl saya pergi sndiri boleh memakainya … sebaiknya permintaannya sy turuti kah demi keharmonisan RT krn dimata saya dia adl suami yg sayang dan tanggung jawab … tks

Dari Ibu Yuli via Tanya Ustadz for Android

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Salah satu diantara tipe lelaki yang sangat dibenci dalam islam adalah lelaki dayuts. Siapa itu? Mereka adalah lelaki yang tidak punya rasa cemburu. Lelaki yang merasa tidak memiliki beban mental, ketika istrinya atau wanita di keluarganya, dinikmati oleh orang lain.

Mengingat betapa jeleknya karakter lelaki dayuts, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman berat bagi mereka. Dalam hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ، وَالدَّيُّوثُ

Ada tiga orang yang tidak akan Allah lihat pada hari kiamat: orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang meniru gaya lelaki, dan dayuts. (HR. Ahmad 6180, Nasai 2562, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Mengenai pengertian dayuts, dalam kamus al-Misbah dinyatakan,

أن الديوث هو الرجل الذي لا غيرة له على أهله

Dayuts adalah lelaki yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap istrinya. (al-Mishbah al-Munir, madah: da – ya – tsa).

Pelakunya disebut dayuts, sementara perbuatannya disebut diyatsah.

Dalam Ensiklopedi Fikih dinyatakan,

وفي اصطلاح الفقهاء عرفت الدياثة بألفاظ متقاربة يجمعها معنى واحد لا تخرج عن المعنى اللغوي وهو عدم الغيرة على الأهل والمحارم

Dalam istilah para ulama, diyatsah didefinisikan dengan berbagai macam pengertian yang mirip, dan satu kesamaan yang tidak berbeda dengan makna bahasa, bahwa makna diyatsah adalah tidak adanya rasa cemburu dari suami terhadap istri dan keluarganya. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 21/96).

Lelaki sejati adalah lelaki yang memiliki kecemburuan terhadap istri dan keluarganya. Dalam islam, ini bagian kesempurnaan kejantanannya. Bahkan islam memberikan pahala syahid, bagi orang yang mati karena membela kehormatan keluarganya.

مَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ

Siapa yang terbunuh karena membela keluarganya maka dia mati syahid. (HR. Ahmad 1652, Nasai 4095, Turmudzi 1241, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Semakin Pencemburu, Semakin Terhormat

Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan keadaan Sa’d bin Ubadah – pemuka suku Khazraj – yang pernah mengatakan,

”Andai aku melihat istriku bersama lelaki lain, aku akan bunuh lelaki itu tanpa ampun.”

Perkataan beliau inipun sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau bersabda,

أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ ؟ فَوَ الله لأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ ، وَالله أَغْيَرُ مِنّي ، مِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ الله حَرّمَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، وَلاَ شَخْصَ أَغْيَرُ مِنَ الله

”Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sa’d? Demi Allah, aku lebih pencemburu dari pada dia, dan Allah lebih pencemburu dari pada aku. Karena cemburunya Allah, Dia haramkan segala bentuk maksiat yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi. Dan tidak ada seorangpun yang lebih pencemburu dari pada Allah. (HR. Bukhari 7416 & Muslim 1499).

Anda bisa lihat, cemburu bagian dari sifat Allah, karena allah tidak pernah ridha ketika hamba-Nya menerjang larangan-Nya. Dan sifat Allah penuh kesempurnaan dan pujian.

Menyuruh Istri Lepas Jilbab

Memahami beberapa keterangan di atas, apa yang bisa anda bayangkan ketika ada lelaki yang hobi memamerkan aurat istrinya. Di mana letak kehormatannya, hingga dia begitu bangga ketika istrinya dinikmati mata buaya? Potret lelaki yang hilang harga dirinya.

Bagaimana dengan sang istri?

Dia tidak wajib mentaatinya. Istri tetap harus berjilbab, sekalipun sang suami menyuruhnya melepas hijabnya. Karena tidak boleh mentaati makhluk, dalam kemaksiatan kepada Sang Pencipta (al-Khalik).

Dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا طَاعَةَ لِـمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الخَالِقِ

Tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam maksiat kepada al-Khaliq. (HR. al-Baghawi 2455 dan dishahihkan al-Albani)

Demikian,

Allahu a’lam.


0 comments:

Post a Comment